3.Infrastruktur Laboratorium
Infrastruktur
laboratorium ini meliputi:
a.
Sarana Utama
Mencakup
bahasan tentang lokasi laboratorium, konstruksi laboratorium dan sarana lain,
termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja kerja/pelataran, jenis atap,
jenis dinding, jenis lantai, jenis pintu, jenis lampu yang dipakai, kamar
penangas, jenis pembuangan limbah, jenis ventilasi, jenis AC, jenis tempat
penyimpanan, jenis lemari bahan kimia, jenis alat optik, jenis timbangan dan
instrumen yang lain, kondisi laboratorium, dan sebagainya.
b.
Sarana Pendukung
Mencakup
bahasan tentang ketersediaan enerji listrik, gas, air, alat komunikasi, dan
pendukung keselamatan kerja seperti pemadam kebakaran, hidran dsb.
4. Administrasi Laboratorium
Administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan
administrasi yang ada di laboratorium, yang antara lain terdiri atas:
- Inventarisasi peralatan laboratorium
- Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat yang rusak, alat yang dipinjam/dikembalikan (lihat daftar form 1,2,3,4 dst, pada makalah Administrasi Laboratorium)
- Surat masuk dan surat keluar
- Daftar pemakai laboratorium, sesuai dengan jadwal kegiatan praktikum/ penelitian
- Daftar inventarisasi bahan kimia dan non-kimia, bahan gelas dan sebagainya
- Daftar inventarisasi alat-alat meubelair (kursi, meja, bangku, lemari dsb.)
- Sistem evaluasi dan pelaporan
Untuk kelancaran administrasi yang baik, seyogyanya
tiap laboratorium memberikan pelaporan kepada atasannya (misalnya kepada PDII,
Ketua Program Studi maupun Dekan).
Evaluasi dan Pelaporan kegiatan masing-masing laboratorium dapat
dilakukan bersama dengan pimpinan Fakultas, setiap semester atau sekali dalam
setahun, tergantung pada kesiapan yang ada agar semua kegiatan laboratorium
dapat dipantau dan sekaligus dapat digunakan untuk perencanaan laboratorium
(misalnya penambahan alat-alat baru, rencana pembiayaan/dana laboratorium yang
diperlukan, perbaikan sarana & prasarana yang ada, dsb).
Kegiatan administrasi ini
adalah merupakan kegiatan rutin yang berkesinambungan, karenanya perlu
dipersiapkan dan dilaksanakan secara berkala dengan baik dan teratur.
5. Inventarisasi dan Keamanan Laboratorium
Kegiatan inventarisasi dan keamanan laboratorium
meliputi:
a. Semua kegiatan inventarisasi harus memuat
sumber dana darimana alat-alat ini diperoleh/dibeli. Misalnya: dari DIP tahun
2004, ADB Project, Pemerintah Jepang (JICA), Proyek Hibah Kompetisi SP4; A1:
A2; A3: dan B.
b. Keamanan/security peralatan laboratorium ditujukan agar peralatan laboratorium
tersebut harus tetap berada di laboratorium. Jika peralatan dipinjam harus ada
jaminan dari si peminjam. Jika hilang atau dicuri, harus dilaporkan kepada
kepala laboratorium. Perlu diingat bahwa semua barang dan peralatan laboratorium
yang ada adalah milik negara, jadi tidak boleh ada yang hilang.
Tujuan yang
ingin dicapai dari inventarisasi dan keamanan adalah:
(1)
mencegah kehilangan dan penyalahgunaan
(2)
mengurangi biaya-biaya operasional
(3)
meningkatkan proses pekerjaan dan hasilnya
(4)
meningkatkan kualitas kerja
(5)
mengurangi resiko kehilangan
(6)
mencegah pemakaian yang berlebihan
(7)
meningkatkan kerjasama.
Berikut ini diberikan
beberapa petunjuk umum pengamanan laboratorium, agar setiap laboran/pekerja/asisten
dapat bekerja dengan aman.
Prinsip Umum Pengamanan
Laboratorium
a. Tanggung jawab
Kepala Laboratorium, anggota
laboratorium termasuk asisten bertanggung jawab penuh terhadap segala
kecelakaan yang mungkin timbul. Karenanya Kepala Laboratorium seharusnya
dijabat oleh orang yang kompeten dibidangnya, termasuk juga teknisi dan
laborannya.
b.
Kerapian
Semua koridor, jalan keluar dan alat pemadam api
harus bebas dari hambatan seperti botol-botol, dan kotak-kotak. Lantai
harus bersih dan bebas minyak, air dan material lain yang mungkin menyebabkan
lantai licin. Semua alat-alat dan reagensia
bahan kimia yang telah digunakan harus dikembalikan ketempat semula seperti
sebelum digunakan.
c. Kebersihan
Kebersihan dalam laboratorium menjadi tanggung jawab bersama
pengguna laboratorium.
d. Konsentrasi
terhadap pekerjaan
Setiap
pengguna laboratorium harus memiliki konsentrasi penuh terhadap pekerjaannya
masing-masing, tidak boleh mengganggu pekerjaan orang lain, dan tidak boleh
meninggalkan percobaan yang memerlukan perhatian penuh.
e.
Pertolongan pertama (First - Aid)
Semua kecelakaan
bagaimanapun ringannya, harus ditangani di tempat dengan memberikan pertolongan
pertama. Misalnya, bila mata terpercik harus segera dialiri air dalam jumlah
yang banyak. Jika tidak bisa, segera
panggil dokter. Jadi setiap laboratorium harus memiliki kotak P3K, dan
harus selalu dikontrol isinya.
f.
Pakaian
Saat bekerja
di laboratorium dilarang memakai baju longgar, kancing terbuka, berlengan
panjang, kalung teruntai, anting besar dan lain-lain yang mungkin dapat tersangkut
oleh mesin, ketika bekerja dengan mesin-mesin yang bergerak. Selain pakaian, rambut
harus diikat rapi agar terhindar dari mesin-mesin yang bergerak.
g. Berlari
di Laboratorium
Tidak
dibenarkan berlari di laboratorium atau di koridor, berjalanlah di tengah koridor
untuk menghindari tabrakan dengan orang lain dari pintu yang hendak masuk/keluar.
h. Pintu-pintu
Pintu-pintu
harus dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah terjadinya kecelakaan
(misalnya: kebakaran).
i.
Alat-alat
Alat-alat seharusnya ditempatkan di tengah meja,
agar alat-alat tersebut tidak jatuh kelantai. Selain itu, peralatan sebaiknya
juga ditempatkan dekat dengan sumber listrik, jika memang peralatan tersebut
memerlukan listrik. Demikian juga untuk alat-alat yang menggunakan air ataupun
gas sebagai sarana pendukung.
Penanganan
alat-alat
a. Alat-alat
kaca/gelas
Bekerja dengan alat-alat kaca perlu berhati-hati
sekali. Gelas beaker, flask, test tube, erlenmeyer,
dan sebagainya; sebelum dipanaskan harus benar-benar diteliti, misalnya apakah
gelas tersebut retak/tidak retak, rusak/sumbing. Bila terdapat gejala seperti
ini, barang-barang tersebut sebaiknya tidak dipakai.
b. Mematahkan
pipa kaca/batangan kaca
Jika hendak memetong pipa kaca harus menggunakan sarung
tangan. Pada bekas pecahan pipa kaca, permukaannya dilicinkan dengan api lalu diberi
pelumas/gemuk silikon, kemudian masukkan ke sumbat gabus/karet.
c. Mencabut pipa kaca
Mencabut pipa
kaca dari gabus dan sumbat harus dilakukan dengan hati-hati. Bila sukar
mencabutnya, potong dan belah gabus itu. Untuk memperlonggar, lebih baik digunakan
pelubang gabus yang ukurannya telah cocok, kemudian licinkan dengan meminyakinya
dan kemudian putar perlahan-lahan melalui sumbat. Cara ini juga digunakan untuk
memasukkan pipa kaca kedalam sumbat.
Jangan gunakan alat-alat kaca yang sumbing atau
retak. Sebelum dibuang sebaiknya dicuci lebih dahulu untuk memastikan kerusakan.
d. Label
Semua bejana
seperti botol, flask, test tube dan lain-lain seharusnya
diberi label yang jelas. Jika tidak jelas, lakukan pengetesan isi bejana yang
belum diketahui secara pasti dengan hati-hati secara terpisah, kemudian dibuang
melalui cara yang sesuai dengan jenis zat kimia tersebut. Biasakanlah menulis
tanggal, nama orang yang membuat, konsentrasi, nama dan bahayanya dari zat-zat
kimia yang ada dalam bejana.
e. Suplai gas
Tabung-tabung
gas harus ditangani dengan hati-hati walaupun berisi atau kosong. Penyimpanan
sebaiknya di tempat yang sejuk dan terhindar dari tempat yang panas. Kran gas harus selalu tertutup jika tidak
dipakai, demikian juga dengan kran pengatur (regulator).
Alat-alat yang berhubungan dengan tabung gas harus memakai "Safety Use" (alat pengaman jika
terjadi tekanan yang kuat). Saat ini sudah beredar banyak jenis pengaman
seperti selang anti bocor dan lain-lain.
Sediaan gas untuk alat-alat pembakar harus
dimatikan pada kran utama yang ada di meja kerja, tidak hanya pada kran, tapi
juga pada alat yang dipakai. Kran untuk masing-masing laboratorium harus
dipasang di luar laboratorium, pada tempat yang mudah dicapai dan diberi label
yang jelas serta diwarnai dengan wama yang spesifik.
f. Penggunaan pipet
Gunakan pipet
yang dilengkapi pompa pengisap (pipet
pump), jangan menggunakan mulut!. Ketika memasukkan pipet kedalam pompa
pengisap harus dilakukan dengan hati-hati supaya pipet tidak pecah dan pompa
pengisap tidak rusak. Jangan sampai ada cairan yang masuk ke pompa pengisap,
karena akan merusak pompa tersebut.
g. Melepaskan tutup kaca yang kencang (seret),
Melepaskan
tutup kaca yang kencang (seret) dengan cara mengetok berganti-ganti sisi tutup
botol yang ketat tersebut, dengan sepotong kayu, sambil menekannya dengan ibu
jari pada sisi yang berlainan/berlawanan dengan ketokan. Jangan mencoba untuk membuka tutup botol secara
paksa, lebih-lebih jika isinya berbahaya atau mudah meledak. Di bawah
pengawasan Kepala Laboratorium, panaskanlah leher botol dengan air panas secara
perlahan-lahan, lalu coba membukanya. Jika gagal juga goreslah
sekeliling leher botol dengan alat pemotong kaca untuk dipatahkan. Lalu
pindahkan isi botol ke dalam botol yang baru.
h. Kebakaran
Untuk
menanggulangi bahaya kebakaran, perlu diketahui klasifikasi bahan dan alat
pemadam kebakaran yang sesuai. Secara
umum bahan yang mudah terbakar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas Kebakaran
(fire-class)
|
Bahan mudah terbakar
(Buming materials)
|
Kelas "A"
Kelas "B"
Kelas "C"
Kelas "E"
|
Kertas,
kayu, tekstil, plastik, bahan-bahan pabrik, atau campuran lainnya.
Larutan yang mudah terbakar
Gas yang mudah terbakar
Alat-alat listrik
|
Bahan-bahan yang lain, jika
terbakar sulit untuk diklasifikasikan, karena berubah dari padat menjadi cair atau
dari cair menjadi gas, pada temperatur yang tinggi. Perlu diingat bahwa “jiwa Anda
lebih berharga dari pada peralatan/bangunan yang ada”, sebab itu peralatan pemadam
kebakaran yang sesuai dengan tipe atau kelas kebakaran haruslah tersedia di
laboratorium.
Jenis
Alat Pemadam Kebakaran:
Tipe
|
Kelas Kebakaran
|
Warna Tabung
|
Air
Busa (foam)
Tepung (powder)
Halon (Halogen)
Carbondioxida (CO2)
Pasir dalam ember
|
A, B, C
A, B
A, B, C, E
A, B, C, E
A, B, C, E
A, B
|
Merah
Crème
Biru
Hijau
Hitam
-
|
No comments:
Post a Comment