October 29, 2012

PENGENALAN DAN PENANGANAN BAHAN KIMIA (1)



            Di dalam kegiatan praktikum biologi tidak hanya digunakan bahan biologis (bahan yang berasal dari makhluk hidup) tetapi juga digunakan berbagai bahan kimia. Bahan kimia tersebut digunakan sebagai pereaksi, baik pereaksi khusus maupun pereaksi umum. Oleh karena itu guru biologi perlu memiliki pengetahuan tentang bahan-bahan kimia, khususnya yang sering digunakan di dalam praktikum. Pengetahuan tentang bahan kimia yang dimiliki diantaranya dimaksudkan agar guru biologi mampu menangani bahan kimia secara baik. Dengan demikian kegiatan praktikum akan berjalan lancar dan kecelakaan karena ketidaktahuan dapat dihindarkan.

A. Sifat-sifat bahan kimia

            Berdasarkan sifat kimianya bahan-bahan kimia digolongkan menjadi bahan kimia mudah terbakar, bahan pengoksidasi, bahan mudah meledak, bahan radioaktif, bahan korosif dan penyebab korosi, serta bahan beracun (toksik).

1. Bahan Mudah Terbakar
            Bahan mudah terbakar dapat berwujud gas, cairan yang mudah menguap, atau bahan padat yang dalam bentuk debu dapat meledak (terbakar) jika tercampur atau terdispersi dengan udara.
            Cairan yang mudah terbakar memiliki sifat-sifat:
a.       Mudah menguap atau volatile
b.      Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi normal.
c.       Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan   cairannya.
d.      Kecepatan penguapan bervariasi dari satu cairan ke cairan lainnya sebanding dengan  naiknya suhu.
e.  Uap dari cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga sulit untuk mendeteksinya kecuali digunakan indikator gas yang mudah terbakar.
f.       Sebagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada di permukaan lantai.
g.       Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi sehingga seluruh ruangan menjadi berbahaya.
Kebakaran dapat terjadi karena berbagai hal. Sumber-sumber yang dapat menyebabkan timbulnya perapian/kebakaran diantaranya: nyala api, permukaan panas, hubungan pendek (korsluiting) listrik, muatan listrik statis, puntung rokok menyala, korek api dan sumber lainnya.
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menangani bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, agar keselamatan dan keamanan tetap terjaga, yaitu:
a.    Bahan tidak boleh dipanaskan secara langsung atau disimpan pada permukaan panas. Gunakan penangas uap atau penangas air.
b.      Simpan bahan di tempat yang ventilasinya baik.
c.    Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut yang tidak digunakan lagi dikembalikan ke botol pelarut.
d.      Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecil gunakan kain basah atau pasir, tapi bila api besar gunakan alat pemadam.
e.   Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudah terbakar melebihi 1/2 kapasitasnya. Gunakan batu didih guna menghindarkan ledakan/letupan.
f.       Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci.
g.       Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif.
h.   Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai penuh, sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan  botol yang tidak mudah terbakar dan jauhkan dari sumber perapian.
i.    Bahan padat mudah terbakar simpan di tempat sejuk, jauhkan dari sumber panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam.
j.        Kontrol semua bahan secara periodik.
            Bahan-bahan kimia mudah terbakar dapat berupa:
a.   Pelarut dan pereaksi organik seperti Asetaldehid, Asam Asetat, Aseton, Benzen, Karbondisulfida, Etil Alkohol, Eter, Etil Asetat, Etil Alkohol, Petroleum Eter, Isopropil Alkohol, Toluen, Xylen.
b.      Bahan anorganik seperti:
1.       Bila terjadi kebakaran terhadap logam Al, Mg, Zn dalam keadaan murni jangan gunakan pemadam berisi air tapi gunakanlah serbuk pemadam.
2.      Fosfor kuning, akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan di dalam air dan kontrol selalu permukaan airnya  karena permukaan air akan menurun akibat penguapan.
3.    Logam K dan Na akan terbakar  jika kontak dengan air. Simpan di dalam minyak parafin. Kontrol permukaan minyak parafin tersebut.
c.       Gas seperti Asetilen, Metana, Hidrogen, Karbonmonoksida, dan Butana.

2. Bahan Pengoksidasi
            Bahan-bahan ini dapat menimbulkan reaksi eksotermis yang sangat tinggi jika kontak langsung dengan bahan lain, khususnya dengan bahan mudah terbakar. Ada dua kelompok bahan pengoksidasi yaitu anorganik dan organik. Bahan pengoksidasi anorganik hanya menimbulkan bahaya api/kebakaran. Akan tetapi karena kemampuannya bergabung dengan oksigen dan juga tidak tahan panas, maka bahan-bahan tersebut bahayanya semakin tinggi pada suhu tinggi. Reaksi yang dahsyat dapat terjadi jika bahan dicampurkan/terkontaminasi oleh bahan yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, serbuk logam dan belerang. Dalam kondisi biasa campuran ini harus disimpan pada lemari/rak yang tidak mudah terbakar (besi, tembok). Simpan pada wadah aslinya jangan sampai terkontaminasi. Simpan dalam jumlah minimum.
            Bahan organik pengoksidasi sering menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida. Untuk laboratorium SMU/SLTP sebaiknya tidak usah disediakan bahan seperti misalnya: Chlorat, Perchlorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Khlorin, Fluorin dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam  kondisi tertentu) sehingga dikelompokkan menjadi bahan pengoksidasi.
           
3. Bahan Mudah Meledak
            Peroksida dalam keadaan murni sering menimbulkan ledakan, tetapi karena bahan ini umumnya tidak tersedia kecuali dicampurkan dengan bahan inert/netral dalam persentase kecil maka sering dianggap mudah terbakar.
            Asam perchlorat (HCLO4) berbahaya karena menimbulkan ledakan jika kontak dengan bahan organik. Asam perchlorat tidak boleh digunakan di atas meja kayu. Botol harus dari gelas dan jika tercemar harus segera dibuang.
            Hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan adalah:
a.       Karena adanya pelarut mudah terbakar. Cairan mudah menguap dan mudah terbakar, jika dicampur dengan udara dengan proporsi yang besar dapat menimbulkan ledakan. Botol yang tidak terisi penuh lebih mudah terbakar dan lebih berbahaya jika dibandingkan dengan diisi penuh, sebab  terjadi percampuran dengan uap dan udara. Oleh karena itu pada  penyimpanan botol berisi bahan mudah meledak sisakan ruang berisi udara sedikit saja (1/8-nya).
b.      Karena ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur pereduksi dan hidrokarbon.
c.   Karena ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat menimbulkan ledakan dahsyat.
d.      Karena ada gas-gas.
e.        Karena ada peroksida.
            Ledakan yang mungkin ditimbulkan oleh bahan-bahan mudah meledak ini dapat dicegah dengan cara:
a.       Biasakan melakukan eksperimen di tempat terbuka atau di dalam lemari uap
b.      Jika ragu tentang sifat kimia bahan, gunakanlah dalam jumlah yang sedikit dan lakukan percobaan  di atas penangas air.
c.       Gunakan alat-alat yang layak (sesuai) seperti gelas tebal yang stabil oleh tekanan.
Selain hal di atas untuk keamanan maka lakukan pengamatan dari belakang layar pengaman atau gunakan pelindung seperti masker. 

Bersambung......

Sumber : 
Koesmadi, dkk. 2000. Teknik Laboratorium. Bandung : Biologi FPMIPA UPI

No comments:

Search by Google